Fakta Penggunaan Umur
Sebelum datang ke dunia ini kita pernah hidup di alam rahim selama 9
bulan. Sekarang kita di dunia,kita mungkin saja berumur panjang samapi 70
tahun. Rasulullah SAW bersabda :
“Umur-umur umatku antara 60 hingga 70 tahun dan sedikit sekali yang
melampaui batas itu” (HR. At Tirmidzi)
Meskipun begitu tidak boleh lupa, bisa saja nanti malam ajal menjemput kita.
Meskipun begitu tidak boleh lupa, bisa saja nanti malam ajal menjemput kita.
Setelah di dunia kita akan masuk alam kubur. Berapa lama di alam
kubur? Hanya Allah SWT yang tahu. Untuk memudahkan perbandingan kita tuliskan
saja angka 500 tahun.Setelah itu kita dibangkitkan dan dikumpulkan di alam mahsyar. Alam
mahsyar itu Cuma 1 hari tapi lamanya seperti 50.000 tahun. Ini berdasarkan
firman Allah SWT :
"Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun" (QS. Al-Ma’arij : 4)
Kemudian kita masuk ke akhirat yang kekal abadi, yang isinya surga dan neraka. Akhirat yang kekal abadi tidak bisa dibandingkan dengan waktu yang terbatas meskipun lamanya milyaran tahun.
"Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun" (QS. Al-Ma’arij : 4)
Kemudian kita masuk ke akhirat yang kekal abadi, yang isinya surga dan neraka. Akhirat yang kekal abadi tidak bisa dibandingkan dengan waktu yang terbatas meskipun lamanya milyaran tahun.
ALAM
|
UMUR
|
Dunia
|
70 tahun
|
Kubur
|
500 tahun
|
Mahsyar
|
50.000 tahun
|
Ternyata umur dunia ini amat singkat jika dibandingkan dengan masa-masa di alam berikutnya. Sungguh merupakan kesalahan fatal bahwa pada umur manusia bekerja keras banting tulang untuk mempersiapkan masa depannya di dunia, agar bisa menikmati hari-hari pensiun dengan tenang dan senang. Padahal masa pensiun itu paling-paling Cuma 1/10 dari usia kita yang sangat singkat itu dan bisa jadi kita sudah dijemput ajal sebelum pensiun. Anehnya untuk alam kubur, alam mahsyar dan akhirat yang kekal abadi, yang datangnya sudah pasti, tidak ada kerja keras, apalagi banting tulang.Pada tabel diatas telah kita lihat bahwa umur kita di dunia yang merupakan satu-satunya kesempatan untuk mempersiapkan bekal akhirat yang kekal abadi ternyata amat singkat. Tragisnya umur yang sangat singkat itu digunakan secara salah pula.
Tabel harian penggunaan umur :
AKTIVITAS
|
WAKTU
|
Kerja
|
12 jam
|
Tidur
|
8 jam
|
Santai
|
3,5 jam
|
Ibadah
|
0,5 jam
|
TOTAL
|
24 jam
|
Begitu kecil porsi waktu untuk ibadah/ shalat. Shalat yang porsinya sangat kecil itu masih dipertanyakan:
Apakah
dilaksanakan secara penuh 5 x sehari atau bolong-bolong?
Apakah
dilaksanakan dengan thuma’ninah atau tidak?
Meskipun shalat 5 waktu tapi jika pelaksanaannya asal-asalan maka
keabsahannya diragukan. Pernah Rasulullah SAW menyuruh seseorang untuk
mengulangi shalatnya sampai 3 kali sebelum akhirnya mengajarkan shalat yang
thuma’ninah san bersabda :
“Lalu ruku’lah kamu sampai kamu ruku’ dengan thuma’ninah (tenang), lalu angkatlah sehingga kamu berdiri lurus, kemudian sujudlah sampai kamu sujud dengan thuma’ninah, lalu angkatlah sehingga kamu duduk dengan thuma’ninah”(HR. Muslim)
Oleh karena itu sebagian ulama Madzhab Syafi’i, Hanbali, dll memasukkan thuma’ninah ke salah satu rukun shalat. Kita juga tidak dibenarkan shalat negebut seperti burung mematuk, disamping tidak thuma’ninah hal itu juga ditengarahi sebagai sifat shalatnya orang munafik. Rasuullah SAW bersabda :
“Itulah shalat orang munafik dia duduk mengamati matahari, maka ketika berada antara 2 tanduk setan (hampir terbenam) ia shalat (seperti burung) mematuk 4 kali dan tidak ingat Allah melaikan sedikit sekali” (HR. Muslim)
Jadi, bagaimana cara kita kelak menjawab pertanyaan Allah SWT di hari mahsyar? Padahal Rasulullah SAW bersabda :
“Tidak beranjak kaki anak adam dari hadapan Allah pada hari kiamat sehingga ditanya mengenai 5 perkara. Mengenai umurnya, untuk apa dihabiskan” (HR. At-Tirmidzi)
“Lalu ruku’lah kamu sampai kamu ruku’ dengan thuma’ninah (tenang), lalu angkatlah sehingga kamu berdiri lurus, kemudian sujudlah sampai kamu sujud dengan thuma’ninah, lalu angkatlah sehingga kamu duduk dengan thuma’ninah”(HR. Muslim)
Oleh karena itu sebagian ulama Madzhab Syafi’i, Hanbali, dll memasukkan thuma’ninah ke salah satu rukun shalat. Kita juga tidak dibenarkan shalat negebut seperti burung mematuk, disamping tidak thuma’ninah hal itu juga ditengarahi sebagai sifat shalatnya orang munafik. Rasuullah SAW bersabda :
“Itulah shalat orang munafik dia duduk mengamati matahari, maka ketika berada antara 2 tanduk setan (hampir terbenam) ia shalat (seperti burung) mematuk 4 kali dan tidak ingat Allah melaikan sedikit sekali” (HR. Muslim)
Jadi, bagaimana cara kita kelak menjawab pertanyaan Allah SWT di hari mahsyar? Padahal Rasulullah SAW bersabda :
“Tidak beranjak kaki anak adam dari hadapan Allah pada hari kiamat sehingga ditanya mengenai 5 perkara. Mengenai umurnya, untuk apa dihabiskan” (HR. At-Tirmidzi)
Apa kita terus terang saja :
Ya Allah, umurku habis untuk cari duit, atau
Ya Allah, umurku habis untuk menonton tv, atau
Ya Allah, umurku habis untuk ngerumpi, atau
Ya Allah, umurku untuk penyaluran hobby, atau
Ya Allah, maafkan aku umurku habis untuk bercengkrama dengan anak dan istri
Ya Allah, umurku habis untuk menonton tv, atau
Ya Allah, umurku habis untuk ngerumpi, atau
Ya Allah, umurku untuk penyaluran hobby, atau
Ya Allah, maafkan aku umurku habis untuk bercengkrama dengan anak dan istri
Lalu apa jadinya jika Allah SWT mengatakan kepada kita :
“Maka rasakanlah olehmu (siksa ini) disebabkan kamu melupakan akan pertemuan dengan harimu ini (Hari Mahsyar). Sesungguhnya Kami telah melupakan kamu (pula) dan rasakanlah siksa yang kekal, disebabkan apa yang selalu kamu kerjakan (QS. As-Sajdah : 14)
Ingatlah bahwa dunia ini penuh dengan tipuan. Allah SWT berfirman :
“Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu” (QS. Ali Imran :185)
“Maka rasakanlah olehmu (siksa ini) disebabkan kamu melupakan akan pertemuan dengan harimu ini (Hari Mahsyar). Sesungguhnya Kami telah melupakan kamu (pula) dan rasakanlah siksa yang kekal, disebabkan apa yang selalu kamu kerjakan (QS. As-Sajdah : 14)
Ingatlah bahwa dunia ini penuh dengan tipuan. Allah SWT berfirman :
“Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu” (QS. Ali Imran :185)
Maha benar Allah! Sungguh dunia ini kesenangan yang menipu. Sering
manusia melihat glamornya kehidupan orang-orang super kaya di dalam dan luar
negeri. Tapi benarkah mereka seindah yag kita bayangkan? Ternyata tidak.
Kita semua tentu ingat ketika masih kecil kita menghayal betapa senangnya kalau nanti bisa bersepeda, bisa kemana-mana. Nah, setelah bisa bersepeda? Ternyata tidak ada yang istimewa. Kita menghayal, kalau punya motor tentu nikmat sekali, bisa pergi cepat dan jauh, tak perlu capek menggoes. Setelah punya motor ternyata biasa-biasa saja. Lalu kita mulai menghayal mobil. Tapi ternyata sama saja tidak ada yang istimewa, keculai yang di angan-angan.
Lalu kemanakah perhatian kebanyakan umat Islam?
Apakah ke alam Mahsyar? Yang disana semuanya akan dihisab, lalau bekerja keras agar bisa lulus pada hari hisab itu?
Atau ke Alam Kubur? Yang disana setiap orang akan ditanya oleh malaikat Munkar-Nakir, dan hanya orang yang benar-benar beriman yang bisa menjawab, sedangkan orang kafir dan orang munafik tidak mampu menjawab lalu dipukul dengan martil besi di keningnya lalu harus menjalani masa-masa yang amat panjang, yang semakin lama semakin menakutkan dan menyengsarakan.
Atau perhatian dan perjuangan terfokus pada umur di dunia? Lalu tidak peduli pada Alam Kubur, Alam Mahsyar ataupun alam Akhirat? Sepertinya memang inilah yang terjadi, sehingga banyak sekali orang Islam yang mengejar harta tanpa peduli halal-haram, semuanya dihembat. Karena cara hidup dan cara berpikirnya seperti itu, maka tidak heran jika kebanyakan umat Islam tertariknya hanya pada tawaran dunia, adapun tawaran akhirat mereka tidak tertarik.
Kita semua tentu ingat ketika masih kecil kita menghayal betapa senangnya kalau nanti bisa bersepeda, bisa kemana-mana. Nah, setelah bisa bersepeda? Ternyata tidak ada yang istimewa. Kita menghayal, kalau punya motor tentu nikmat sekali, bisa pergi cepat dan jauh, tak perlu capek menggoes. Setelah punya motor ternyata biasa-biasa saja. Lalu kita mulai menghayal mobil. Tapi ternyata sama saja tidak ada yang istimewa, keculai yang di angan-angan.
Lalu kemanakah perhatian kebanyakan umat Islam?
Apakah ke alam Mahsyar? Yang disana semuanya akan dihisab, lalau bekerja keras agar bisa lulus pada hari hisab itu?
Atau ke Alam Kubur? Yang disana setiap orang akan ditanya oleh malaikat Munkar-Nakir, dan hanya orang yang benar-benar beriman yang bisa menjawab, sedangkan orang kafir dan orang munafik tidak mampu menjawab lalu dipukul dengan martil besi di keningnya lalu harus menjalani masa-masa yang amat panjang, yang semakin lama semakin menakutkan dan menyengsarakan.
Atau perhatian dan perjuangan terfokus pada umur di dunia? Lalu tidak peduli pada Alam Kubur, Alam Mahsyar ataupun alam Akhirat? Sepertinya memang inilah yang terjadi, sehingga banyak sekali orang Islam yang mengejar harta tanpa peduli halal-haram, semuanya dihembat. Karena cara hidup dan cara berpikirnya seperti itu, maka tidak heran jika kebanyakan umat Islam tertariknya hanya pada tawaran dunia, adapun tawaran akhirat mereka tidak tertarik.
“Tetapi kamu memilih kehidupan duniawi.Padahal kehidupan akhirat
adalah lebih baik dan lebih kekal" (QS. Al-A’la :16-17)
Kebanyakan umat Islam telah tertipu. Karena itu dari bangun tidur samapi tidur lagi yang dipikir cuma dunia. Sampai kapan mereka tertipu. Allah SWT berfirman :
“Bermegah-megahan (harta) telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke liang kubur (mati)" (At-Takatsur : 1-2)
Begitulah umumnya manusia. Tentu kita tidak boleh terbawa arus kehidupan dan hawa nafsu yang salah,mengorbankan akhirat yang abadi untuk kesenagan sekejab. Kita harus berusaha untuk sadar sebelum datangnya ajal.
Sumber : Renungan Shalat Berjama'ah oleh M. Zubaidi dengan sedikit perubahan
Kebanyakan umat Islam telah tertipu. Karena itu dari bangun tidur samapi tidur lagi yang dipikir cuma dunia. Sampai kapan mereka tertipu. Allah SWT berfirman :
“Bermegah-megahan (harta) telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke liang kubur (mati)" (At-Takatsur : 1-2)
Begitulah umumnya manusia. Tentu kita tidak boleh terbawa arus kehidupan dan hawa nafsu yang salah,mengorbankan akhirat yang abadi untuk kesenagan sekejab. Kita harus berusaha untuk sadar sebelum datangnya ajal.
Sumber : Renungan Shalat Berjama'ah oleh M. Zubaidi dengan sedikit perubahan