ALLAH SWT maha adil menjadikan hidup di dunia sebagai ujian
Ada
orang yang mengeluh “Kenapa ya saya terlahir sebagai anaknya orang miskin
sehingga saya sekarang miskin tidak bisa sekolah, tidak bisa merasakan
fasilitas fasilitas yang ada karena saya tidak memiliki cukup uang untuk
mendapatkannya”.
Ada
juga yang mengeluh karena terlahir sebagai anak cacat, buruk rupa, tidak
normal, ataupun kekurangan-kekurangan yang lainnya sebagai manusia normal pada
umumnya. Ada juga orang yang sebenarnya memiliki banyak kelebihan disbanding
orang lain, tapi masih juga mengeluh, merasa sedih, tidak bahagia, karena ia
memiliki harapan yang setinggi langit dan tidak bisa mencapainya. Sehingga ia
terus merasa disiksa oleh harapan yang tidak kunjung dicapainya itu.
Inilah
orang yang tertipu lalai, terlena dirinya dari rahasia Allah, tertutup
pandangannya dari keadilan Allah SWT, tidak bisa melihat keadilan Allah SWT.
Keadilah
Allah adalah menjadikan dunia dengan segala kejadian dan peristiwa diatasnya
sebagai realitas semu tidak sejati. Realitas semu ini di rancang sebagai ujian
bagi hamba-hambaNya. Maka segala yang ada dan terjadi hanyalah sebagai ujian.
Kondisi jasad kita, harta, jabatan, kehormatan, status social adalah ujian.
Kaya atau miskin hakekatnya sama, sama-sama ujian. Perbedaanya hanya terletak
pada bagaimana cara kita memberikan resepon terhadap semua ujian itu.
Allah SWT berfirman :
“Dan Dia lah yang menjadikan kamu
penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebagian kamu atas sebagian (yang
lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya
kepadamu.” (Al-An’am: 165)
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan
“kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami
telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui
orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta” (Q.S Al-Ankabuut : 1-3)
Uniknya
dunia ini memang terletak pada keragaman keadaan manusia. Setiap orang memiliki
ujiannya masing-masing, sehingga kehidpan menjadi dinamis, tidak monoton yang
menjadi seni kehidupan yang merupakan kreasi Allah yang Maha Segalanya. Ada
yang kaya, ada yang msikin, ada yang menjadi pejabat, ada yang menjadi rakyat,
ada petani, ada yang nelayan, gelandangan, pengungsi, menteri, pengusaha… tetapi
pada hakekatnya semua sama, sama-sama diuji dengan realitas masing-masing yang
menyertai hidup manusia.
Allah SWT berfirman :
“Sesungguhnya Kami telah menjadikan di bumi
ini sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah diantara
mereka yang terbaik amalannya” (Q.S
Al-Kahfi :7)
Sungguh,
kemuliaan manusia tidak terdapat pada kekayaannya, kegagahannya, kemewahannya
di dunia. Semua itu hanya sebagai ujian hidup. Semua itu bukan kesejatian.
Kesejatian ada dikahirat nanti, di hari pembalasan kelak, disaat dimana tidak
ada pertolongan melainkan pertolongan dari Allah SWT.
Boleh
jadi, ada orang yang hidup senang berlimpahkemewahan didunia, kita sangka itu
adalah kemuliaan, padalah boleh jdai malah itu yang akan mengantarkan kita pad
kehinaan di akhirat kelak karena kita menjadi lupa diri selama di dunia. Dan
boleh jadi kita sangka seseorang itu miskin, hina di dunia, sengasara hidupnya,
tetapi ia menjadi mulia disisi Allah SWR, bahagia diakhirat kelak. Ia mulia bukan
karera kemewahan, bukan karena kegagahan, tetapi karena ia lulus ujian selama
di dunia.
“… Boleh jadi kamu membenci
sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai
sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak
mengetahui” (Q.S Al-Baqarah :216)