Aib Pada Diri Kita Sendiri
Setiap insan di dunia ini termasuk diri kita pasti memiliki kekurangan dan kelebihan. Sebagai insan yang tak pernah luput dari kesalahan dan kealfaan tentunya kita harus sering-sering bercermin ke dalam diri kita sendiri mengoreksi segala kekurangan yang ada di dalam diri kita. Ternyata ada begitu banyak aib yang ada pada diri kita yang bisa jadi tidak kita sadari. Sungguh jika Allah menampakkan aib-aib kita ke permukaan, tentu kita tak akan mampu untuk mengangkat wajah kita, karena wajah kita akan terus tersungkur bersujud memohon ampun kepada Allah. Namun selama ini Allah lah yang memiliki kuasa untuk menutupi setiap aib yang ada pada diri kita.
Sering kali kita lebih banyak menilai atau mengoreksi bahkan mengumbar aib saudara kita sendiri yang belum tentu aib tersebut melekat pada orang kita nilai. Orang yang lebih suka membuka aib saudaranya sendiri seperti tulang yang menusuk ke dalam daging. Semakin sering kita mengumbar atau membuka aib orang lain, maka semakin keruh dan buta hati kita. Na’udzubillah. Padahal jika kita mau melihat dan menelusuri ke dalam diri kita sendiri bisa jadi aib aib kita jauh lebih banyak di bandingkan dengan orang yang kita nilai lebih buruk aibnya. Jangan sampai kita buta akan aib sendiri yang begitu banyak namun tidak kita sadari karena kita lebih sibuk untuk mengoreksi aib orang lain. Pribadi yang sibuk mengoreksi ataupun mengumbar aib orang lain itu sesungguhnya hatinya telah kering akan kebaikan, tandus dan panas oleh kebusukan.
Maka mulai saat ini lebih baik kita mengoreksi terlebih dahulu diri kita atas segala kekurangan dan kealfaan diri kita sebelum mengoreksi orang lain. Karena bisa jadi orang yang kita koreksi aib aibnya itu lebih mulia derajatnya di sisi Allah. Sungguh bahaya tentang mengumbar aib orang lain sama dengan ghibah.
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang.” (QS Al Hujarat: 12)
Perbuatan ghibah atau mengumbar aib orang lain termasuk dosa besar, tak akan ada manfaatnya sedikitpun untuk diri kita. Kita sebagai seorang muslim sudah seharusnya menjaga aib saudara kita sendiri, bukan sebaliknya malah mengumbarnya. Bukanlah hak atau wewenang kita untuk membuka aib saudara kita, karena Allah lah yang lebih berkuasa untuk membuka ataupun menutupi aib-aib kita ataupun saudara kita. Sungguh sekecil apapun perbuatan buruk yang kita lakukan kepada saudara kita maka malaikat akan tetap setia mencatatnya dan Allah yang menyaksikannya tanpa terlewat sedetikpun. Jaga hati dan diri kita dari segala perbuatan yang dapat membuka aib saudara kita, karena sungguh, hati itu bagaikan cermin, jika cermin yang di gunakan sudah kotor ataupun kusam maka apapun yang di pantulkan tidaklah sesuai dengan kondisi yang sebenarnya, tetapi jika cermin itu bersih mengkilat maka akan terlihat jelas pantulan yang ada di cermin.
Cermin yang kotor dan kusam tak akan membantu kita untuk melihat jelas pantulan yang ada di cermin, baik itu wajah kita maupun tubuh kita ketika kita bercermin. Sebaliknya jika cermin itu bersih dari segala kotoran maka akan sangat membantu kita untuk melihat wajah ataupun bagian tubuh kita dengan jelas. Segela kekurangan yang ada pada diri kita ketika kita bercermin dengan cermin yang bersih maka akan sangat membantu kita untuk mengoreksi segala kekurangan tersebut dan merapihkannya dengan sebaik baiknya. Begitu juga dengan hati, Segala prasangka dalam hati itu begitu halus saking halusnya ketika hati tidak sehat maka hati akan begitu bimbang untuk menentukan mana yang baik dan mana yang buruk.
"Hati itu ada empat, yaitu hati yang bersih, di dalamnya ada pelita yang bersinar. Maka, itulah hati orang mukmin. Hati yang hitam lagi terbalik, maka itu adalah hati orang kafir. Hati yang tertutup yang terikat tutupnya, maka itu adalah hati orang munafik, serta hati yang dilapis yang di dalamnya ada iman dan nifak.” (HR. Ahmad dan Thabrani).
Mulai detik ini mari kita bersihkan cermin yang ada di dalam hati kita, kita liat dan terus telusuri kesalah kesalahan yang ada di dalam diri kita untuk kita perbaiki, lembutkan hati kita dengan memperbanyak taubat dan dzikir mengingat Allah, karena sungguh hati yang terjaga akan lebih tenang dan damai ketika menilai orang lain. Tak akan ada terbelesit prasangka buruk yang menyelimuti hati
Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW :
Alaa inna fil jasadi mudghah, idzaa shaluhat shaluha jasadu kulluhu waidzaa fasadat fasada jasadu kulluhu, alaa wahiyal qalbu”.( ingatlah sesungguhnya di dalam tubuh ada segumpal daging, jika ia baik maka baiklah seluruh tubuhnya dana apabila ia buruk maka buruklah seluruh tubuhnya.ingatlah ia adalah hati ). ( HR Bukhari dan Muslim)
Sering kali kita lebih banyak menilai atau mengoreksi bahkan mengumbar aib saudara kita sendiri yang belum tentu aib tersebut melekat pada orang kita nilai. Orang yang lebih suka membuka aib saudaranya sendiri seperti tulang yang menusuk ke dalam daging. Semakin sering kita mengumbar atau membuka aib orang lain, maka semakin keruh dan buta hati kita. Na’udzubillah. Padahal jika kita mau melihat dan menelusuri ke dalam diri kita sendiri bisa jadi aib aib kita jauh lebih banyak di bandingkan dengan orang yang kita nilai lebih buruk aibnya. Jangan sampai kita buta akan aib sendiri yang begitu banyak namun tidak kita sadari karena kita lebih sibuk untuk mengoreksi aib orang lain. Pribadi yang sibuk mengoreksi ataupun mengumbar aib orang lain itu sesungguhnya hatinya telah kering akan kebaikan, tandus dan panas oleh kebusukan.
Maka mulai saat ini lebih baik kita mengoreksi terlebih dahulu diri kita atas segala kekurangan dan kealfaan diri kita sebelum mengoreksi orang lain. Karena bisa jadi orang yang kita koreksi aib aibnya itu lebih mulia derajatnya di sisi Allah. Sungguh bahaya tentang mengumbar aib orang lain sama dengan ghibah.
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang.” (QS Al Hujarat: 12)
Perbuatan ghibah atau mengumbar aib orang lain termasuk dosa besar, tak akan ada manfaatnya sedikitpun untuk diri kita. Kita sebagai seorang muslim sudah seharusnya menjaga aib saudara kita sendiri, bukan sebaliknya malah mengumbarnya. Bukanlah hak atau wewenang kita untuk membuka aib saudara kita, karena Allah lah yang lebih berkuasa untuk membuka ataupun menutupi aib-aib kita ataupun saudara kita. Sungguh sekecil apapun perbuatan buruk yang kita lakukan kepada saudara kita maka malaikat akan tetap setia mencatatnya dan Allah yang menyaksikannya tanpa terlewat sedetikpun. Jaga hati dan diri kita dari segala perbuatan yang dapat membuka aib saudara kita, karena sungguh, hati itu bagaikan cermin, jika cermin yang di gunakan sudah kotor ataupun kusam maka apapun yang di pantulkan tidaklah sesuai dengan kondisi yang sebenarnya, tetapi jika cermin itu bersih mengkilat maka akan terlihat jelas pantulan yang ada di cermin.
Cermin yang kotor dan kusam tak akan membantu kita untuk melihat jelas pantulan yang ada di cermin, baik itu wajah kita maupun tubuh kita ketika kita bercermin. Sebaliknya jika cermin itu bersih dari segala kotoran maka akan sangat membantu kita untuk melihat wajah ataupun bagian tubuh kita dengan jelas. Segela kekurangan yang ada pada diri kita ketika kita bercermin dengan cermin yang bersih maka akan sangat membantu kita untuk mengoreksi segala kekurangan tersebut dan merapihkannya dengan sebaik baiknya. Begitu juga dengan hati, Segala prasangka dalam hati itu begitu halus saking halusnya ketika hati tidak sehat maka hati akan begitu bimbang untuk menentukan mana yang baik dan mana yang buruk.
"Hati itu ada empat, yaitu hati yang bersih, di dalamnya ada pelita yang bersinar. Maka, itulah hati orang mukmin. Hati yang hitam lagi terbalik, maka itu adalah hati orang kafir. Hati yang tertutup yang terikat tutupnya, maka itu adalah hati orang munafik, serta hati yang dilapis yang di dalamnya ada iman dan nifak.” (HR. Ahmad dan Thabrani).
Mulai detik ini mari kita bersihkan cermin yang ada di dalam hati kita, kita liat dan terus telusuri kesalah kesalahan yang ada di dalam diri kita untuk kita perbaiki, lembutkan hati kita dengan memperbanyak taubat dan dzikir mengingat Allah, karena sungguh hati yang terjaga akan lebih tenang dan damai ketika menilai orang lain. Tak akan ada terbelesit prasangka buruk yang menyelimuti hati
Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW :
Alaa inna fil jasadi mudghah, idzaa shaluhat shaluha jasadu kulluhu waidzaa fasadat fasada jasadu kulluhu, alaa wahiyal qalbu”.( ingatlah sesungguhnya di dalam tubuh ada segumpal daging, jika ia baik maka baiklah seluruh tubuhnya dana apabila ia buruk maka buruklah seluruh tubuhnya.ingatlah ia adalah hati ). ( HR Bukhari dan Muslim)
Lebih baik kita meluruskan niat dan mengoreksi ibadah kita sendiri. Ambil cermin dan lihatlah kesalahan dan kelemahan kita. Sudah banyak Allah menutupi kesalahan-kesalahan kita, tidak terhitung betapa kasih dan rahmat Allah kepada kita sehingga keburukan-keburukan kita dilindungi-Nya,”
sumber :
http://lenteradankehidupan.blogspot.com/2014/08/aib-pada-diri-kita-sendiri.html
sumber :
http://lenteradankehidupan.blogspot.com/2014/08/aib-pada-diri-kita-sendiri.html