Tangis Bahagia Seorang Ayah
Info Islam Daily - lnilah model keluarga yang sakinah, semangat taat pada Allah dan Rosulnya yang menular hingga melahirkan putra yang ahlul ilmu.
Setelah tahun demi tahun tak ada kabar mengenai kembalinya ayah dari Rabi'ah dan suami dari Ummu Abdurrahman, tibalah masa di mana takdir Allah mengumpulkan ketiganya.
Kala tiba di rumahnya dengan kondisi tubuh yang tak lagi muda, Farrukh sempat salah paham dengan putranya Rabi'ah. Sebab Farrukh tidak pernah berpikir bahwa anaknya tak mengenal dirinya.
Ia pun memutuskan langsung masuk ke dalam rumah menemui sang istri. Keduanya pun berpelukan dan sang ayah tak henti-hentinya mencucurkan air mata. Rabi'ah pun tak henti- hentinya menciumi tangan sang ayah dan mencium kepalanya secara bergantian,
Para tetangga yang melihat kejadian itu larut dalam suasana yang sangat emosional.
sehingga semua terdiam dan membisu, terharu hanyut dalam kerinduan panjang yang terbayar lunas malam itu.
Setelah berlalu momen tersebut, Farrukh pun bergegas menyempurnakan wudhu dan keluar menuju masjid Rasulullah.
Setibanya di masjid ruangan sudah penuh. Para jamaah mengelilingi seorang guru yang sedang mengajar mereka. Farrukh berusaha melihat wajah guru itu, namun tak berhasil karena padatnya jamaah. Ia terheran-heran melihat ketekunan mereka mengikuti majelis syaikh tersebut.
"Siapakah dia sebenarnya?" tanya Farrukh kepada salah seorang jamaah.
"Orang yang Anda lihat itu adalah seorang alim besar. Majelisnya dihadiri oleh Malik bin Anas, Sufyan Ats-Tsauri, Lait bin Sa'ad dan lainnya.
Di samping itu dia sangat dermawan dan bijaksana. Dia mengajar dan mengharapkan ridha Allah semata," jawab orang itu.
"Siapakah namanya?" tanya Farrukh.
"Rabi'atur Ra'yi."
"Rabi'atur Ra'yi?" tanya Farrukh keheranan.
"Benar."
"Dari manakah dia berasal?"
"Dia adalah putra Farrukh yang berjuluk Abu Abdurrahman.
Dia dilahirkan tak lama setelah ayahnya meninggalkan Madinah sebagai mujahid fi sabilillah. Ibunyalah yang membesarkan dan mendidiknya," orang itu menjelaskan.
Tanpa terasa air mata Farrukh menetes karena gembira. Ketika kembali kerumah ia segera menemui istrinya. Melihat suaminya menangis.
sang istri bertanya.
"Ada apa, wahai Abu Abdurrahman?"
"Aku melihat putraku, Rabi'ah yang ilmunya, fikihnya, dan pendapatnya telah membuat hatiku ridha, senang dan bangga serta bersyukur. Demi Allah engkau telah mendidiknya dengan sangat baik, wahai Ummu Rabi'ah.
Bagiku ia adalah karunia terbaik yang telah Allah berikan kepadaku. Aku merasa bahagia karenanya, juga karena kemudahannya, ilmunya, serta kedudukannya di antara penduduk Madinah."
Sang istri bertanya, "Apakah itu sebanding dengan seluruh harta yang dulu engkau berikan kepadaku?
Farrukh menjawab, "Bahkan tidak sebanding dengan seluruh harta benda dunia, wahai Ummu Rabi'ah."
"Kalau demikian, tidak apa jika aku mengatakan kepadamu bahwa aku telah menggunakan seluruh harta yang dulu engkau tinggalkan untukku demi menjadikan putramu seperti sekarang ini. Apakah menurutmu aku telah menjaga hartamu?" tanya sang istri kembali.
"Ya, wahai Ummu Rabi'ah, sungguh engkau telah melakukan yang terbaik. Semoga Allah melimpahkan keberkahan terhadapmu," tukas sang suami.
Keduanya pun berpelukan, sementara air mata kebahagiaan terus membasahi kedua pipi mereka berdua.
Inilah satu tipe keluarga yang sakinah, semangat taat kepada Allah dan Rasul-Nya menular dan saling menguatkan, sehingga ketiganya hidup dalam kebahagiaan luar biasa setelah melalui masa ujian yang tidak sebentar dengan pengorbanan perasaan, Allah Subhanahu Wata'ala menjadikan sang putra menjadi ahlul ilmi dan sangat zuhud dan wara’ terhadap kehidupan dunia.
Berbahagialah seorang ayah yang melihat putranya menjadi lentera di tengah-tengah kehidupan kaum Muslimin.*/Imam Nawawi