Kisah nabi sulaiman as dan seekor semut
Sulaiman bin Daud adalah
satu-satunya Nabi yang memperoleh keistimewaan dari Allah SWT sehingga bisa
memahami bahasa binatang. Dia bisa bicara dengan burung Hud Hud dan juga bisa
memahami bahasa semut. Dalam Al-Quran surah An Naml, ayat 18-26 adalah contoh
dari sebahagian ayat yang menceritakan akan keistimewaan Nabi yang sangat kaya
raya ini.
Sumber : Kisah-Kisah Islam
Firman Allah SWT :
“Dan
Sulaiman telah mewarisi Daud dan dia berkata, “hai manusia, kami telah diberi
pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu. Sesungguhnya
(semua) ini benar-benar suatu karunia yang nyata”. Dan dihimpunkan untuk
Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung, lalu mereka itu diatur dengan
tertib (dalam barisan) sehingga apabila mereka sampai di lembah semut
berkatalah seekor semut, “hai
semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu agar kamu tidak diinjak oleh
Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari”. Maka Nabi Sulaiman
tersenyum dengan tertawa karena mendengar perkataan semut itu. Dan dia berdoa, “Ya
Tuhanku, limpahkan kepadaku karunia
untuk mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan
kepada kedua orang tuaku; karuniakan padaku untuk mengerjakan amal soleh yang
Engkau ridhai; dan masukkan aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan
hamba-hambaMu yang soleh””. (QS. An-Naml: 16-19)
Menurut sejumlah riwayat, pernah
suatu hari Nabi Sulaiman AS bertanya kepada seekor semut, “Wahai semut! Berapa
banyak engkau perolehi rezeki dari Allah dalam waktu satu tahun?“ “Sebesar biji
gandum”, jawabnya.
Kemudian, Nabi Sulaiman AS memberi
semut sebiji gandum lalu memeliharanya dalam sebuah botol. Setelah genap satu
tahun, Nabi Sulaiman AS membuka botol untuk melihat nasib si semut. Namun,
didapatinya si semut hanya memakan sebahagian biji gandum itu.
“Mengapa engkau hanya memakan sebagian
dan tidak menghabiskannya?” tanya Nabi Sulaiman AS.
“Dahulu aku bertawakal dan pasrah
diri kepada Allah”, jawab si semut.
“Dengan tawakal kepada-Nya aku
yakin bahawa Dia tidak akan melupakanku. Ketika aku berpasrah kepadamu, aku
tidak yakin apakah engkau akan ingat kepadaku pada tahun berikutnya sehingga
boleh memperoleh sebiji gandum lagi atau engkau akan lupa kepadaku. Kerana itu,
aku harus tinggalkan sebahagian sebagai bekal tahun berikutnya”.
Nabi Sulaiman AS, walaupun ia
sangat kaya raya, namun kekayaannya adalah nisbi dan terbatas. Yang Maha Kaya
secara mutlak hanyalah Allah SWT semata-mata. Nabi Sulaiman AS, meskipun sangat
baik dan kasih, namun yang Maha Baik dan Maha Kasih dari seluruh pengasih
hanyalah Allah SWT semata. Dalam diri Nabi Sulaiman AS tersimpan sifat terbatas
dan kenisbian yang tidak dapat dipisahkan, sementara dalam Zat Allah SWT sifat
mutlak dan absolut.
Bagaimanapun
kayanya Nabi Sulaiman AS, dia tetap manusia biasa yang tidak boleh sepenuhnya
dijadikan tempat bergantung. Bagaimana kasihnya Nabi Sulaiman AS, dia adalah
manusia biasa yang menyimpan kedaifan-kedaifannya tersendiri. Hal itu diketahui
oleh semut Nabi Sulaiman AS. Kerana itu, dia masih tidak percaya kepada janji
Nabi Sulaiman AS kepadanya. Bukan karena kawatir Nabi Sulaiman AS akan ingkar
janji, namun khuatir Nabi Sulaiman AS tidak mampu memenuhinya lantaran sifat
manusiawinya. Tawakal atau berpasrah diri bulat-bulat hanyalah kepada Allah SWT
semata, bukan kepada manusia.Sumber : Kisah-Kisah Islam