Atas nama cinta zina tetap dosa
Sangat memprihatinkan bila kita menyaksikan betapa banyak orang
yang tidak merasa berdosa sedikit pun atas zina (kecil maupun besar) yang
mereka lakukan. Ketika kata cinta diucapkan oleh seorang laki-laki kepada
seorang perempuan, dan si perempuan menerimanya dengan senang hati, maka saat
itulah terjalin pacaran diantara mereka. Ketika pacaran telah berjalan, setan
dengan mudah mencebur ke tengah-tengah mereka, menggoda mereka. Akibatnya,
setiap langkah dan waktu mereka dipenuhi oleh perbuatan zina.
Saudaraku, jangalah engkau mengira bahwa zina itu terbatas pada
hubungan seksual yang berakibat seorang perempuan bias hamil. Jangan mengira
menyentuh kulit pacar anda, memandang pacar anda, dan mencium bau wangi
pasangan anda bukan termasuk zina. Semua itu zina. Ingatlah bahwa Rasulullah
telah bersabda :
“Telah ditulis bagi setiap anak adam bagiannya dari zina. Pasti dia
akan melakukannya. Zina kedua mata adalah memandang, zina kedua telinga adalah
mendengar, zina lisan adalah berkata, zina tangan adalah menyentuh, zina kaki
adalah berjalan, dan zina hati adalah ingin dan angan-angan. Maka kemaluanlah
yang membenarkan atau mendustakannya” (HR.
Muslim dari Abu Hurairah)
Bagaimana mungkin bisa berpacaran tanpa zina? Sama halnya dengan
mengharapkan tercampurnya minyak dan air. Mustahil.
Seolah telah menjadi suratan Tuhan bahwa kaum muda yang telah cukup
usia berkubang dalam lumpur zina (dalam arti yang seluas-luasnya). Jangankan
yang berpacaran, yang tidak berpacaran pun susah terlepas dari zina. Apalagi di
era modern seperti sekarang. Banyak perempuan yang membuka auratnya, menebar
pesona disetiap tempat, serta mengeluarkan suara mendayu-dayu dan dibuat-buat
sehingga membangkitkan syahwat laki-laki yang mendengarnya. Bagaimana hal ini
dapat dihindarkan mereka yang sedang pacaran?
Terlebih lagi, ada sebuah penelitian yang mengejutkan terkait
fenomena pacaran mahasiswa Yogyakarta. Riset yag dilakukan oleh Iip Wijayanto
tersebut menyatakan bahwa lebih dari 90% mahasiswi di Yogyakarta tidak perawan
lagi. Terlepas pacaran mereka sampai pada hubungan seksual atau tidak, tetapi
yang jelas fenomena pacaran di Yogyakarta telah menjadikan berkhalwat
(berdua-duaan terutama setiap malam Minggu), bergandengan tangan, berpelukan,
dan lain-lainnya sebagai hal yang lumrah. Artinya, dengan menjamurnya pacaran,
maka orang sekarang pun menganggap perzinaan bukan sebagai perzinaan. Mereka
menilai pacaran sebagai kebutuhan.
Memang tidak ada pacaran tanpa cinta. Tetapi cinta bukan berarti
harus pacaran. Kalau anda sungguh-sungguh mencintainya, itu bisa anda wujudkan
dengan mengajaknya memperbaiki diri, memperkuat iman, meningkatkan amal ibadah,
berprestasi bersama, berlomba-lomba dalam kebaikan, dan lainnnya. Masalahnya, dalam
dunia pacaran, tidak terdapat unsur-unsur tersebut. Yang ada hanyalah pemuasan hawa nafsu syahwat
yang menggebu-gebu. Akibatnya, banyak orang yang berpacaran mengatas namakan
cinta untuk “memperkosa” pacarnya. Na’udzubillah.
Awalnya memang salah satu pihak “dipaksa” oleh pasangannya. Tetapi
kemudian yang terjadi adalah suka sama suka. Demikianlah nasib cinta yang telah
disalah gunakan itu. Atas dasar saling mencintai, seolah-olah mereka berhak
melakukan apa saja, termasuk zina. Lebih mengerikan lagi, tidak sedikit dintara
mereka yang telah terbiasa berhubungan suami istri di masa pacaran itu. Apapun
alasanya (termasuk salaing mencintai dan saling menginginkan), perzinaan adalah
perbuatan dosa.
Mungkin ada orang yang memahami hadist tentang zina di depan secara
berbeda. Sekedar memandang pacar, bergandengan tangan, dan mencium tidak
dianggap sebagai zina. Makna zina hanya dibatasi pada hubungan seksual antara
laki-laki dan perempuan. Pandangan tersebut sah-sah saja sebagai sebuah
pendapat. Akan tetapi, sebaiknya kita memahami kata zina tidak secara parsial
atau sepotong-potong. Kita harus merujuk ayat Al-Qur’an yang membicarakan
perihal zina. Salah satunya adalah sebagai berikut :
“Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya (zina) itu sesuatu
perbuatan yang keji, dan suatu jalan yang buruk” (Q.S Al-Isra : 32)
Dalam ayat tersebut ditandaskan bahwa mendekati zina saja sangat
dilarang dan dimurkai oleh Allah SWT, apalagi sampai melakukannya. Dengan
menelaah firman Allah SWT diatas, dapat disimpulkan bahwa bergandengan tangan,
pergi malam mingguan berdua, berciuman, dan lainnya termasuk zina.
Sungguh, pacaran adalah perbuatan zina yang cepat atau lambat akan
memperburuk jodoh di masa datang. Perlu kita segarkan kembali ingatan kita
tentang firman Allah SWT bahwa perempuan baik-baik hanya untuk laki-laki
baik-baik. Jadi, perempuan yang berganti-ganti pacar hanyalah untuk laki-laki
yang berganti-ganti pacar pula. Begitu pula sebaliknya.
Mari kita simak firman Allah SWT berikut :
“Pezina laki-laki tidak boleh menikah kecuali dengan pezina permpuan,
atau dengan perempuan musyrik, dan pezina perempuan tidka boleh menikah kecuali
dengan pezina laki-laki atau dengan laki-laki musyrik, dan demikian itu
diharamkan bagi orang yag mukmin.” (Q.S
An-Nur :3)
Demikianlah Allah SWT menjodohkan mereka itu secara adil dan
bijaksana.
Walaupun jodoh telah ditetapkan sedemikian rupa “paten”nya, tetapi
jika anda meniatkan diri mulai detik ini untuk menjadi muslim yang baik dan
berdoa kepada Alah SWT supaya dikarunaikan jodoh yang baik pula, maka janganlah
berputus asa dari rahmat Allah. Sesunggunya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. Alangkah indahnya jika kita dapat meninggalkan perangkap setan yang
bernama pacaran, dan kemudian menuju “pangkuan” Allah SWT untuk menjadi mukmin
dan mukminah yang baik. Yakinlah, Allah SWT bakal memberikan kepada anda jodoh
yang mliai akhlak dan agamanya lagi rupawan parasnya.Amiiin.
“dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya
yang berputus asa dari rahmat Allah hanyalah orang-orang yang kafir.” (Q.S Yusuf :87)
Sebagai renungan akhir dari bagian ini, marilah kita simak firman
Allah SWT berikut :
Katakanlah kepada laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan
pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih Suci
bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat. Katakanlah kepada wanita yang beriman:
"Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah
mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan
hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan
perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami
mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau
saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka,
atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau
budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak
mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang
aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan
yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai
orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung”. (Q.S An Nuur :30-31)