Bekerja dengan hati
Bekerja adalah salah satu aktivitas yang disukai
oleh Allah SWT. “Sesungguhnya Allah Taala
senang melihat hamba-Nya bersusah payah (lelah) dalam mencari rezeki yang
halal”. (HR.ad-Dailami)
Bahkah Rasulullah SAW menempatkannya dideretan
kegiatan yang wajib dilakukan oleh umatnya,
“Mencari
rezeki yang halal adalah wajib sesudah menunaikan yang fardu (ibadah mahdhah)” (HR.Ath-Thabrani
dan Al-Baihaqi)
Bekerja dalah upaya menjemput rezeki Allah SWT.
Tujuannya agar kebutuhan hidup dapat terpenuhi. Oleh karenanya Rasulullah SAW
mengajarkan prinsip-prinsip dalam menjemput rezeki. Yakni, yakin bahwa setiap
manusia mendapat bagian rezeki, selalu memperbaikai cara-cara dalam menjemput
rezeki, bersabar dengan rezeki yang belum kunjung datang, tidak menempuh
cara-cara yang menyimpang dari sunatullah.
Dalam proses mencari rezeki, seseorang akan
menghadapi berbagai kendala dan rintangan. RIntangan terberat adalah ketika
hati nurani tak lagi disertakan dalam bekerja, dan lebih memilih menuruti hawa
nafsu. Ketika nafsu lepas kendali, rasa malu untuk melakukan keburukan tidak
ada lagi, segala macam cara dihalalkan, norma dan etika tak lagi penting,
bahkan iman akan mudah dikorbankan.
“Sesungguhnya sebagian ajaran yang masih dikenal
umat manusia dari perkataan para nabi adalah ‘jika engkau tidak malu,
berbuatlah sesukamu’” (HR Bukhari)
Bila kondisi semacam ini terus berlanjut, akan
timbul perilaku-perilaku implusif yang bias menyeret pada kepribadian yag
menyimpang. Tidak ada kecemasan kketika melakukan kejahatan dan seusai berbuat
tak terbesit perasaan bersalah, yang lebih ironis lagi perbuatan jahatnya
dianggap sesuatu yang wajar.
Perilaku seperti itu merugikan banyak pihak dan diri
sendiri. Tidak saja lahan pekerjaan dan kepercayaan orang lain kepadanya yang
terancap lenyap, tapi kerugian yang amat besar telah mennatinya yaitu
bangkrutnya kekayaan hakiki (hati nurani). Dan pada saat hati nurani telah
mati, tak ada lagi ukuran untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk,
setiap tindakan cenderung melampaui batas, perbuatan baik dan ketaatan menjadi
sesuatu yang remeh, tak sadar bahwa hidup di dunia dalam genggaman Zat Pencipta
yang setiap saat siap untuk dicabut, dan lupa bahwa kehidupan dunia menjadi
penentu nasib kehidupan di akhirat yang kekal.
Mengelola nafsu menjadi syarat penting dalam bekerja
maupun dalam bertindak apapun. Kejahatan dan keterpurukan selalu terinspirasi
oleh nafsu yang liar. Karena pentingnya nafsu untuk dikelola, Abdullah bin Amr
bin Ash mengingatkan wasiat Rasulullah SAW
“Tidak beriman seorang dintara
kalian, sehingga haw nafsunya mengikuti apa yang aku bawa.”
Baik atau buruk hasil yang didapatkan, seseorang
harus berusaha menerima dengan ikhlas dan mengevaluasi pekerjaan tersebut. Apapun profesi seseorang
jika dijalani dengan sepenuh hati akan memberikan kepuasan bagi dirinya dan
pelanggannya.