Agar dosa kita membawa ke surga
Melakukan perbuatan dosa dan kesalahan merupakan
salah satu tabiat manusia. Meskipun Allah telah memperingatkan akan bahaya dosa
dan kesalahan, bahkan dengan mengancam dengan siksa yang pedih, tetap saja
banyak orang yang bergelimang dosa dan selalu bermaksiat. Bahkan
manusia-manusia sekaliber nabi pun tak lepas dari dosa dan kesalahan ini.
Lalu bagaimanakah seharusnya kita sebagai seorang
muslim menyikapi kecenderungan manusia untuk berbuat dosa dan kesalahan ini?
Apakah kita menyerah begitu saja, karena memang ini tabiat manusia? Apakah kita
membiarkan dosa-dosa menyeret kita ke neraka yang penuh siksa?
Bertaubat dari dosa menerbitkan cinta Allah dan pahala
surga
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahu mengatakan:
“Dosa-dosa itu akan mengurangi keimanan. Jika
seorang hamba bertaubat, Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mencintainya. Derajatnya
akan diangkat disebabkan taubatnya.
Sebagian salaf mengatakan: ‘Dahulu setelah Nabi Dawud
‘alaihissalam bertaubat, keadaannya lebih baik dibandingkan sebelum terjatuh
dalam kesalahan. Barangsiapa yang ditakdirkan untuk bertaubat maka dirinya
seperti yang dikatakan Sa’id ibnu Jubair radhiyallahu ‘anhu:
“Sesungguhnya seorang hamba yang melakukan amalan
kebaikan, bisa jadi dengan sebab amalan kebaikannya itu akan
memasukkannya ke dalam neraka. Bisa jadi pula seorang hamba melakukan
amalan kejelekan akan tetapi membawa dirinya masuk ke dalam surga. Hal itu
karena ia membanggakan amalan kebaikannya. Sebaliknya, hamba yang terjatuh ke
dalam kejelekan membawa dirinya untuk meminta ampun kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala, kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala mengampuni
kesalahan-kesalahannya.”
Telah disebutkan dalam hadits yang shahih bahwa Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:
الْأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِمِ
“Amal-amal (seorang hamba) tergantung amalan-amalan
yang dikerjakan pada akhir kehidupannya.”
Sesungguhnya kesalahan/dosa seorang mukmin akan
dihapuskan dengan sepuluh sebab, sebagai berikut:
- Bertaubat kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala
mengampuninya. Karena seseorang yang bertaubat dari sebuah dosa seperti
orang yang tidak memiliki dosa.
- Meminta
ampun kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala kemudian Allah
Subhanahu wa Ta’ala mengampuninya.
- Mengerjakan
amalan-amalan kebaikan, karena amalan-amalan kebaikan akan
menghapuskan amalan-amalan kejelekan.
- Mendapatkan doa
dari saudara-saudaranya yang beriman. Mereka memberikan syafaat
kepadanya ketika masih hidup dan sesudah meninggal.
- Mendapatkan hadiah
pahala dari amalan-amalan saudara-saudaranya yang beriman agar
Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan manfaat kepadanya dari hadiah
tersebut.
- Mendapatkan syafaat dari
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
- Mendapatkan musibah-musibah di
dunia ini yang akan menghapuskan dosa-dosanya.
- Mendapatkan ujian-ujian di
alam barzakh yang akan menghapus dosa-dosanya.
- Mendapatkan ujian-ujian
di padang Mahsyar pada hari kiamat yang akan menghapuskan
dosa-dosanya.
- Mendapatkan rahmat dari
Arhamur Rahimin, Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Barangsiapa yang tidak memiliki salah satu sebab dari
sebab-sebab yang bisa menghapuskan dosa-dosa ini, janganlah ia mencela kecuali
kepada dirinya sendiri. Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman kelak
di hari akhir:
يَا عِبَادِي إِنَّمَا هِيَ أَعْمَالُكُمْ أُحْصِيهَا
لَكُمْ ثُمَّ أُوَفِّيكُمْ إِيَّاهَا فَمَنْ وَجَدَ خَيْرًا فَلْيَحْمَدِ اللهَ
وَمَنْ وَجَدَ غَيْرَ ذَلِكَ فَلَا يَلُومَنَّ إِلَّا نَفْسَهُ
“Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya ini adalah
amalan-amalanmu. Aku menghitungnya untukmu kemudian Aku membalasinya untukmu.
Maka barangsiapa yang mendapatkan kebaikan hendaklah ia memuji Allah, dan
barangsiapa yang mendapatkan selain daripada itu maka janganlah ia mencela
kecuali kepada dirinya sendiri.” [HR. Muslim, 2577]