Ku Penuhi Panggilan-Mu
Tidak semua orang dapat merasakan panggilan haji yang telah dikumandangkan oleh Allah SWT kepada setiap hambanya. Meskipun secara materi ia termasuk orang-orang yang mampu. Sebab semuanya berpulang pada tingkat keimanan yang mereka miliki.
“Labbaika Allahumma Labbaik, Labbaika la syarika laka labbaik. Aku datang memenuhi panggilan-Mu ya Allah, Aku datang semata-mata memenuhi panngilan-Mu, tiada sekutu bagiMu, sesungguhnya segala puji, nikmat dan kerajaan dunia dan akhirat adalah kepunyaanMu semata, tiada sekutu bagiMu. Ini aku datang memenuhi panggilanMu”
Membaca kalimat tersebut sesaat ada rasa haru yang menyelinap dalam hati kita yang paling dalam. Tidak ada panggilan yang terdengar sangat merdu di telinga, selain panggilan dari-Nya. Sebuah seruan dan panggilan khusus yang di kumandangkan Allah SWT kepada hamba-hamba-Nya diseluruh muka bumi ini. Panggilan ini memang sungguh luar biasa dan tidak semua orang bisa merasakannya. Hanya orang-orang yang senantiasa menautkan hatinya pada AllahSWT sajalah yang mampu menangkap isyarat dari Allah SWT tersebut. Sebuah panggilan suci untuk menunaikan ibadah yang istimewa ditanah suci Mekkah al Mukaromah yaitu ibadah haji.
Ibadah haji dalam ajaran Islam dipandang sebagai puncak ibadah yang dengannya manusia diharapkan dapat mencapai puncak kesadaran akan kehadiran Tuhan dalam setiap denyut nadi kehidupannya, dan dengan ibadah ini pula manusia mampu menyadari hakekat kehidupan manusia yang sesungguhnya di dunia ini.
Pangkat, kedudukan, harta benda, serta kehormatan tidak lagi berharga ketika kita berada ditengah-tengah lautan manusia yang datang dari berbagai penjuru dunia. Sebab semuanya itu tidak akan kita kenakan sewaktu kita memenuhi undangan Allah SWT. Kita hanya butuh selembar kain putih untuk membungkus tubuh kita. Kain putih yang memberi peringatan kepada kita, bahwa kita menghadap Ilahi Rabbi untuk selama-lamanya, hanya itulah yang akan kita bawa, bukan harta serta kedudukan yang selama ini kita bangga-banggakan.
Kita tahu bahwa ibadah haji adalah suatu ibadah yang dilaksanakan tidak hanya berbekal kekuatan fisik saja, tetapi kekuatan materi ini pun juga diperlukan untuk memperlancar kegiatan ibadah itu sendiri. Firman Allah SWT :
“Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, diantaranya maqam Ibrahim. Barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amalan dia. Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu bagi orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari kewajiban haji, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam” (QS. Ali Imran : 97)
Dan kita tahu pula bahwa ibadah haji hanya diwajibkan sekali dalam seumur hidup, namun menunaikannya harus dilakukan sesegera mungkin apabila kemapuan sudah dimiliki, sebab kita tidak tahu apakah tahun depan kita masih diberi kekayaan berlebih untuk bisa berangkat haji dan kita tidak tahu pula apakah Allah masih memberi umur panjang bagi kita. Karena semua itu adalah bagian dari rahasia Allah SWT yang tidak ada satu orang manusia yang tahu akan semua itu. Karena itu Rasulullah SAW senantiasa berpesan :
“Barangsiapa hendak menunaikan haji, hendaklah dilakukannya dengan segera, karena mungkin diantara kamu ada yang sakit, hilang kendaraannya atau keperluan lainnya” (HR. Ahmad, Baihaqi, Thahawi, dan Ibnu Majah)
Memang tidak semua orang mampu menangkap pesan yang telah disampaikan oleh Rasulullah SAW tersebut, sehingga tidak heran kalau kita melihat seseorang yang mampu baik dari segi fisik maupu dari segi materi, tetapi belum juga terpanggil hatinya untuk segera melaksanakannya, padahal kalaupun ia mau, tidak ada sedikitpun kesulitan yang menghalanginya untuk dapat segera pergi ke tanah Mekkah.
Akan tetapi adakalanya justru seseorang yang kita pandangan tidak mampu dalam segi fisik maupun materi, dengan kemauan keras serta niatan besarnya telah mampu mengantarnya untuk pergi memenuhi panggilan suci dari Allah SWT. Karena itu, segala sesuatu kembali pada niat awal dari manusia itu sendiri, sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang mengatakan bahwa sesungguhnya ketinggian derajat perbuatannya manusia tergantung pada niatnya, dan bahwasanya manusia akan mendapatkan apa yang menjadi niat (motivasi dan tujuan)nya.
Banyak cerita nyata, orang secara materi tidak mampu untuk berangkat haji, tetapi niat kuat yang tertanam dalam hatinya telah membukakan jalan baginya untuk menuju Baitullah. Kehidupan ini memang penuh teka teki, seuatu yang terkadang mustahil dapat terwujud, melihat kondisi ekonomi saat ini, tetapi jika Allah SWT sudah berkehendak dan memutuskan, sesuatu yang dahulu mustahil bisa menjadi kenyataan. Semua itu tidak lain karena jalan kemudahan yang telah dibentangkan Allah SWT kepada hamba-Nya yang senantiasa mendekatkan diri pada-Nya.
Firman Allah SWT :
“Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong agama-Nya. Sesunggunya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa. Yaitu orang-orang yang jika kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang munkar. Dan kepada Allah-lah kembali segala urusan” (QS Al-Hajj :40-41)
Karena itu jadikanlah ibadah haji tujuan yang hendak kita capai dalam hidup kita, meskipun barangkali secara logika kita tidak mungkin pergi kesana. Sebab kita tidak tahu perubahan nasib serta rezeki yang akan kita terima nanti. Yang terpenting sekarang adalah persiapan bekal untuk ,menjawab panggilan Allah SWT dengan sebaik-baik bekal, yaitu takwa.
“Berbekallah kamu, Maka sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa kepada Allah” (QS. Al-Bawarah : 197)
Sebab tidak ada kebahagiaan yang sangat besar yang bisa kita rasakan, jika suatu hari nanti ternyata kita mampu memenuhi panggilan Allah SWT untuk menunaikan ibadah haji. Karena haji merupakan salah satu puncak ibadah yang mampu mengantarkan kita menjadi manusia yang bertakawa dan menyadari hakekat hidup di dunia ini.
Sumber : Majalah Muzakki no01 th 01-Januari 2006-Dzulhijah 1426