Shalawatan Setelah Adzan
Seringkali kita mendengar di surau atau masjid
setelah dikumandangkannya adzan, muadzin membaca shalawat dengan suara yang
keras. Bahkan ada yang dengan nada yang mendayu-dayu. Barangkali kita pernah
mendengar pula bahwa ada anjuran membaca shalawat dan meminta wasilah bagi nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dari Abdullah bin Amr’ bin Al’Ash, beliau
mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bersabda :
إِذَا سَمِعْتُمُ الْمُؤَذِّنَ فَقُولُوا مِثْلَ مَا يَقُولُ ثُمَّ صَلُّوا
عَلَىَّ فَإِنَّهُ مَنْ صَلَّى عَلَىَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا
ثُمَّ سَلُوا اللَّهَ لِىَ الْوَسِيلَةَ فَإِنَّهَا مَنْزِلَةٌ فِى الْجَنَّةِ لاَ
تَنْبَغِى إِلاَّ لِعَبْدٍ مِنْ عِبَادِ اللَّهِ وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَنَا هُوَ
فَمَنْ سَأَلَ لِىَ الْوَسِيلَةَ حَلَّتْ لَهُ الشَّفَاعَةُ
”Apabila kalian mendengar mu’adzin, maka ucapkanlah sebagaimana yang diucapkan oleh mu’adzin, lalu bershalawatlah kepadaku, maka sungguh siapa saja yang bershalawat kepadaku sekali, Allah akan bershalawat kepadanya sebanyak sepuluh kali. Kemudian mintalah kepada Allah, wasilah bagiku karena wasilah adalah sebuah kedudukan di surga, TIdaklah layak mendapatkan kedudukan tersebut kecuali untuk satu orang diantara hamba Allah. Aku berharap adalah dia, Barangsiapa meminta wasilah untukku, dia berhak mendapat syafa’atku”. (HR Muslim no 875)
Dari hadits diatas jelas bahwa ada tuntunan
bershalawat dan meminta wasilah bagi beliau setelah adzan. Dari sinilah sebagian
mu’adzin berdalil akan agungnya amalan shalawat setelah adzan sampai-sampai
dikeraskan dengan pengeras suara.
Perlu diketahui bahwa amalan mengeraskan suara
setelah kumandang adzan telah dibahas oleh para ulama akan kelirunya dan
digolongkan sebagai bid’ah sayyi’ah (bukan bid’ah hasanah). Kita dapat
menemukan pernyataan tersebut, diantaranya dalam perkataan Syaikh Sayyid Sabiq
–rahimahullah yang mungkin saja diantara kita teleh memiliki atau membaca buku
fiqih karya beliau, yakni Fiqih Sunah.
Beliau berkata :
"Mengeraskan bacaan shalawat dan salam bagi
Rasul setelah adzan adalah sesuatu yang tidak dianjurkan. Bahkan amalan
tersebut termasuk dalam bid’ah yang terlarang. Ibnu Hajar berkata dalam AL
Fatawa Al Kubra, “Para guru kami dan selainnya telah memfatwakan bahwa shalawat
dan salam setelah kumandang adzan dan bacaan tersebut dengan dikeraskan
sebagaimana ucapan adzan yang diucapkan mu’adzin, maka mereka katakan bahwa
shalawat memang ada sunnahnya, namun cara yang dilakukan tergolong dalam
bid’ah.”
Syaikh Muhammad Mufti Ad Diyar Al Mishriyah ditanya mengenai shalawat dan salam setelah adzan (dengan dikeraskan). Beliau menjawab, “Sebagaimana disebutkan dalam kitab Al Khaniyyah bahwa adzan tidak terdapat pada selain shalat wajib. Adzan itu ada 15 kalimat dan ucapan akhirnya adalah “Laa ilaha illallah”. Adapun ucapan yang disebutkan sebelum atau sesudah adzan (dengan suara keras sebagaimana adzan), maka itu tergolong dalam amalan yang tidak ada asal usulnya (baca: bid’ah). Kekeliruan tersebut dibuat-buat bukan untuk tujuan tertentu. Tidak ada satu pun diantara para ulama yang mengatakan bolehnya ucapan keliru semacam itu. Tidak perlu lagi seseorang menyatakan bahwa amalan itu termasuk bid’ah hasanah. Karena setiap bid’ah dalam ibadah seperti contoh ini, maka itu termasuk bid’ah yang jelek (bukan bid’ah hasanah, tetapi masuk bid’ah sayyi’ah, bid’ah yang jelek). Siapa yang klaim bahwa seperti ini bukan amalan yang keliru, maka ia berdusta”.
Lihatlah Syaikh rahimahullah sendiri menganggap
bahwa bid’ah dalam masalah ibadah bukanlah masuk bid’ah hasanah, namun itu
masuk dalam kategori dalam bid’ah sayyi’ah. Renungkanlah saudaraku yang selalu
beralasan bid’ah hasanah atas perbuatan kelirunya yang jelas jauh dari tuntunan
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Perhatikanlah ucapan seorang alim
ini. Sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Rasul shallallahu ‘alaihi wa
sallam,yang beliau ajarkan adalah do’a sesudah adzan tidak dikeraskan
(dengan pengeras suara) sebagaimana adzan.
Adapun do’a sesudah adzan yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ajarkan sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut.
Adapun do’a sesudah adzan yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ajarkan sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut.
Dari Jabir bin Abdillah, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ قَالَ حِينَ يَسْمَعُ
النِّدَاءَ اللَّهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ
آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيلَةَ وَالْفَضِيلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُودًا الَّذِى
وَعَدْتَهُ ، حَلَّتْ لَهُ شَفَاعَتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Barangsiapa mengucapakan setelah mendengar adzan “Allahumma robba hadzihid da’watittammati wash sholatil qoo-imah, aati Muhammadanil wasilata wal fadhilah, wab’atshumaqoomam mahmuuda allahdzi wa’adtah’ (Ya Allah, Rabb pemilik dakwah yang sempurna ini (dakwah tauhid) shalat yang ditegakkan, berikanlah kepada Muhammad wasilah (kedudukan yang tinggi) dan fadilah (kedudukan lain yang mulia). Dan bangkitkanlah beliau sehingga bisa menempati maqom (kedudukan) terpuji yang telah Engkau janjikan kepadanya), maka dia akan mendapatkan syafa’atku kelak” (HR Bukhari no 614)
Wallahu waliyyut
taufiq.
Sumber http://muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/shalawatan-setelah-adzan.html