Jangan meremehkan dosa kecil
Dosa merupakan bagian dari kehidupan manusia yang
memang bersifat salah dan lupa. Ada dosa yang berdampak kecil, adapula dosa
yang diancam dengan hukuman berat. Dosa-dosa kecil terkadang
tak dirasakan sebagai kesalahan atau kemaksiatan kepada Allah. Akibatnya,
banyak orang yang terus menerus melakukan dosa-dosa semacam ini.
Dosa kecil sebenarnya bisa diampuni Allah dengan mudah
melalui istighfar dan ibadah mahdhah seperti shalat lima waktu
dan puasa Ramadhan. Dosa kecil juga tidak mendapatkan ancaman khusus dan laknat
Allah seperti halnya dosa besar. Namun, dosa kecil ternyata bisa berubah
menjadi besar, jika terpenuhi salah satu dari 5 hal berikut ini.
5 sebab dosa kecil bisa berubah
menjadi besar
1. Meremehkan dosa dan
menganggapnya biasa saja
Ada orang-orang yang ketika
melakukan dosa kecil ia menganggapnya sebagai hal yang biasa, terhapus dengan
sendirinya atau tidak mempedulikannya. “Ah, ini mah dosa kecil.” “Biasa, yang
beginian tak menyebabkan masuk neraka.” Dan komentar-komentar sejenisnya.Rasulullah
SAW bersabda, “Takutlah kalian dari tindakan meremehkan dosa.” (HR. Ahmad,
dishahihkan Al Albani).
“Dosa kecil bisa menjadi besar,” fatwa Imam Auza’I,
“jika seorang hamba menganggapnya kecil dan meremehkannya.”
2. Dikerjakan berulang-ulang (terus-menerus)
Sesuatu yang kecil, jika terus ditumpuk dan
dikumpulkan, maka ia akan membesar. Sebuah peribahasa mengatakan, sedikit demi
sedikit lama-lama menjadi bukit. Demikian pula dengan dosa kecil. Jika ia terus
diulang, ia pun menjadi besar.
“Bukanlah dosa kecil jika dikerjakan terus menerus,”
kata Ibnu Abbas, “dan bukanlah dosa besar jika diiringi taubat.”
Umumnya, pengulangan atau pembiasaan dosa itu berawal
dari sikap meremehkan dosa. Lanjutan hadits pada poin 1 di atas menegaskan
membesarnya dosa yang terus menerus dikerjakan.
“Sesungguhnya perumpamaan orang yang meremehkan dosa
bagaikan sekelompok orang yang singgah di sebuah lembah. Ia datang membawa kayu
dn terus menerus membawa kayu hingga (kayu itu menumpuk) mereka dapat memasak
makanan mereka.” (HR. Ahmad, dishahihkan Al Albani).
3. Menyukai perbuatan dosa tersebut
Yaitu orang yang ketika dan setelah melakukan dosa
timbul kepuasan dan kesenangan dalam jiwanya.
“Termasuk dosa besar adalah,” kata Imam Ghazali dalam Ihya’,
“merasa senang, gembira dan bangga dengan dosa.”
4. Memamerkan dan mendemonstrasikan dosa tersebut
Dewasa ini, jumlah orang yang melakukan hal keempat ini
cenderung makin banyak. Bahkan bukan hanya dosa kecil, untuk dosa besar pun
sebagian orang melakukannya secara terbuka sekaligus memamerkan dan
mendemonstrasikannya. Misalnya dengan media video yang diupload di Youtube dan
sebagainya. Selain menunjukkan peremehan terhadap dosa, poin keempat ini juga
memicu orang lain melakukan dosa yang sama akibat contoh yang ia lakukan dan
dengan demikian dosanya menjadi berlipat-lipat.
Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa
menyeru/mendakwahkan kesesatan, maka ia mendapatkan dosa seperti dosa orang
yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun.”
5. Jika yang mengerjakannya adalah tokoh atau panutan
“Orang yang berbuat dosa, sedangkan ia adalah seorang
alim yang menjadi panutan,” tulis Ibnu Qudamah dalam Mukhtashar
Minhajul Qashidin, “jika ia paham dan tahu akan dosanya tetapi malah
menerjang dosa tersebut, maka dosa kecilnya itu berubah menjadi dosa besar.”
Selain faktor peluang diikuti oleh umat/pengikutnya,
dosa kecil yang dilakukan oleh seorang tokoh/ulama juga berpotensi membawa opini
dan citra negatif terhadap Islam.