Bilal bin Rabah
Bilal bin Rabah adalah seorang bangsa Ayssinia. Ia sosok dengan kulit yang sangat hitam, tubuhnya kurus, tinggi, dan rambutnya tebal. Setiap kata-kata pujian ditujukkan padanya, ia hanya menundukkan kepalanya dan dengan merendah, ia berucap, "Saya hanya orang Abyssinia, dulu adalah seorang hamba sahaya".
Bilal adalah seorang Abyssinia, seorang yang berkulit hitam. Ia dulu seorang hamba sahaya dari seorang Bani Jamuh di Mekkah. Berita-berita Muhammad mulai sampai di telinganya, ketika masyarakat di Mekkah membicarakannya. Ia memperhatikan pembicaraan tuannya dan tamu-tamunya. Ia memeluk Islam, disaat Rasulullah SAW dan ABu Bakar RA sedang mengungsi di gua Tsur. Ketika Bilal melewati Rasulullah dan Abu Bakar, ia sedang mengembalakan ternak Ibnu Jud'an. Rasulullah mengeluarkan kepalanya dari gua dan berteriak, "Wahai penggembala! Apakah ternak yang kau gembalakan memiliki susu?"
Bilal menjawab, "Ada tapi hanya satu binatang ternak dan itu untuk makanan saya. Jika kalian mau, saya akan memberikan kepada kalian tajah susu saya hari ini".
Rasulullah menjawab, "Untukmu saja".
Bilal datang membawa ternak itu. Rasulullah SAW mengambil sebuat tempat untuk menampung susu. Beliau SAW pun memerah susu ternak itu dan menampungnya di tempat yang telah dipersiapkan. Tempat penampungan itu penuuh dengan susu. Kemudian Rasulullah meminumnya hingga merasa puas. Susu diperah lagi hingga memenuhi tempat penampungannya dan langsung diminum Abu Bakar RA. Untuk yang ketiga kalinya, susu diperah, kembali memenuhi tempatnya dan di minum Bilal hingga ia menjadi puas. Binatang dikembalikan sebagaimana semula.
Rasulullah SAW bertanya, "Wahai penggembala! Apakah engkau telah memeluk Islam? Saya adalah utusan Allah".
Bilal pun memeluk Islam. Rasullah bersabda padanya, "Sembunyikan keislamanmu!"
Bilal pun menyanggupi permintaan itu dan segera pergi membawa ternaknya.
Ketika sampai di rumah, Bilal bermalam bersama ternak-ternaknya dan susu ternaknya itu banyak. Majikannya sampai berkata, "Engkau telah menggembalakan ternak-ternak ini ke tempat padang rumbut yang subur. Maka engkau harus menggembalakan lagi ke sana".
Keesokan harinya, Bilal kembali menemui Rasulullah dan Abu Bakar dan memberi mereka susu. Ini Bilal lakukan hingga tiga hari. Disini, Bilal belajar tentang Islam. Pada hari keempat Abu Jahal lewat di depan Abdullah bin Jud'an. Abu Jahal berkata, "Saya lihat ternakmu menghasilkan susu yang banyak".
Keluarga Ibnu Jud'an menjawab, "Susu ternak kami menjadi banyak sejak tiga hari yang lalu. Kami tidak mengetahui apa penyebabnya?!"
Abu Jahal berkata, "Hamba sahayamu dan Rabb Ka'bah ini mengetahui tempat Ibnu Abu Kabsyah, maka laranglah budakmu menggembalakan ternak ke tempat itu". Maka mereka melarang Bilal menggembalakan ternak ke tempat itu. Mereka juga tahu bahwa Bilal telah memeluk Islam.
Penyiksaan terhadap Bilal pun berlangsung. Mereka membawa Bilal ke tanah lapang dan padang pasir menjadi teramat panas, bagaikan neraka. Mereka mengikat dan memanggang Bilal diatas sebuah batu besar yang terletak di bawah terik matahari. Kemudian sebuah batu besar diangkat beberapa orang pria dan diletakkan diatas dada Bilal. Mereka berkata, "Ucapkan Latta dan Uzza!!"
Bilal menjawab, "Ahad.. Ahad...(Allah Yang Maha Esa... Allah Yang Maha Esa)"
Usai penyiksaan itu, Bilal dibangunkan dan lehernya diikat dengan tali. Kemudian mereka memerinahkan anak-anak kafir Quraisy untuk mengarak Bilal ke gunung-gunung dan jalan-jalan di kota Mekkah. Sementara Bilal hanya mengucapkan kata, "Ahad..Ahad.."
ammar bin Yasir berkata, "Semua yang diucapkan orang-orang mustad'afin yang disiksa sesuai dengan yang dikehendaki orang-orang Musyrik, kecuali Bilal".
Abu Bakar RA menghampiri mereka yang sedang menyiksa Bilal dan beliau pun berkata, "Apakah kalian akan membunuh seorang pria, hanya karena ia mengucapkan bahwa Rabb saya Allah??"
Kemudian Abu Bakar berteriak di hadapan Umayyah, "Tentukanlah harganya dengan harga yang lebih mahal ketika engkau membelinya. Kemudian biarkan ia merdeka".
Orang kafir Quraisy itu menjual Bilal kepada Abu Bakar dan Abu Bakar segera memerdekakannya. Sejak itu Bilal menjadi orang merdeka. Setelah Rasulullah SAW dan kaum muslimin hijrah ke Madinah, beliau mempersaudarakan Bilal dengan ABu Ubaidah bin Al-Jarrah RA.
Kemudian Rasulullah mensyariatkan adzan sebagai panggilan untuk menunaikan ibadah shalat lima waktu. Beliau memilih Bilal bin Rabbah RA sebagai mu'adzin pertama Islam.
Rasulullah SAW bersabda, "Saya telah memasuki surga. Surga mendengar ada bunyi langkah kaki di hadapan saya, lalu saya bertanya kepada Jibril, "Langkah siapakah ini?"
Jibril menjawab, "Bilal berjalan di depanmu".
Bilal wafat di Syam dan ia tetap berada di jalan Allah. Mayoritas mengatakan bahwa Bilal wafat di tahun 20 H.
Mahasuci Allah, seorang budak berkulit hitam telah beriman kepada Rabb-Nya. Ia seorang budak yang lemah, namun ia selalu bergantung kepada Allah Sang Pencipta. Ia menyandarkan harapannya pada Allah. Selalu berprasangka baik terhadap Allah.
Ia disiksa di tengah terik matahari kota Mekkah. Diatas tubuhnya diletakkan sebauh batu besar, batu yang diangkat orang-orang kuat. Namun tekadnya tidak pernah melemah. Ia tidak pernah putus asa. Ia tetap berpegang teguh pada keyakinannya sambil mengucapkan Ahad.. Ahad...
Setelah itu, balasan dari Allah pun tiba. Bilal di merdekakan. Ia menjadi muadzin Rasulullah, seorang yang berhijrah dan bersabar. Menikah dengan seorang wanita yang garis keturunan yang jelas. Ia terus berjuang di jalan Allah. Diantara itu semua, ada balasan Allah yang paling agung. Rasulullah mengabarkan berita gembira bahwa Bilal termasuk salah satu orang penduduk surga!
Harapan dan prasangka baik terhadap Allah yang paling benar adalah ketika jiwa kita bergantung kepada Allh. Kita amat perlu mengusir rasa putus asa dari jiwa kita dan menanamkan keimanan di dalam diri kita yang paling dalam.
Sumber : Jangan Putus Asa, oleh Dr. Salwa al-Udhaidan